Rabu, 16 November 2016

TERSANGKANYA AHOK

Tersangkanya Ahok atas dugaan penistaan agama merupakan sebuah langkah awal dari gebrakan yang dilakukan pemerintahan Jokowi - JK untuk produk hukum. Produk hukum dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI berupa UU ITE.  Undang- undang inilah yang dapat membuat Ahok menjadi tersangka. Dalam pasal 28 ayat 2 UU ITE berbunyi setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku,agama,ras dan antar golongan (SARA). Pasal ini termasuk kedalam BAB VII tentang PERBUATAN YANG DILARANG.
Hal ini menjadi lucu untuk disimak, Ahok yang sudah pernah ke Bareskrim untuk klarifikasi kejadian dan meminta maaf didepan publik melalui media televisi dipaksa untuk memenuhi umpan balik dari sebagian masyarakat.
Presiden sebagai pemegang kekuasaan tertinggi menyerahkan semua kepada pihak yang berwenang melalui proses hukum. Sepertinya reformasi biro hukum yang di berbagai institusi mulai diterapkan oleh  berbagai pihak. Kepolisian salah satu institusi yang menangani penyelidikan dan penyidikan untuk kasus Ahok akan bersikap terbuka. Para narasumber di TV pun setuju Hukum sebagai acuan. 

GAGALNYA KOMUNIKASI MASSA

Media Elektornik dan media cetak sebagai media informasi bagi masyarakat dapat juga dijadikan untuk sumber data atau dapat juga digunakan untuk penyimpanan data dan fakta (Winardono). Apa yang dilakukan oleh penyelidik dan penyidik bareskrim itulah yang menjadi pegangan untuk menaikkan status Ahok menjadi tersangka.
Melihat situasi yang telah terjadi, maka dapat dikatakan adanya kegagalan dalam komunikasi massa bagi sebagian masyarakat. Perubahan sikap bagi sebagian masyarakat terjadi, begitupula pola pikir atau pandangan komunikan. Terdapat masyarakat yang mengampuni, tetapi terdapat pula masyarakat yang mengecam.
Bagi saya pribadi, apa yang terjadi pada video Ahok di kepulauan seribu adalah dapat dijadikan bahan diskusi sesuai dengan fungsi dari komunikasi massa itu sendiri menurut Winardono. Diskusi disini dimaksud adalah untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak. Sehingga didapatkan kesamaan makna apakah terdapat penistaan atau tidak dalam video tersebut. Namun, keputusan sudah menjadi tersangka, saya harus menghormati keputusan tersebut.

Demokrasi Pancasila

Sikap Presiden pun patut diacungi jempol. Beliau tidak melarang aksi demonstrasi yang terjadi beberapa hari yang lalu. Bahkan, Ahok pun tidak dibela oleh tandemnya sewaktu menjadi Gubernur DKI dulu. Apa yang dipertunjukkan saat ini memang untuk kepentingan orang banyak, artinya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan tetap memegang Pancasila sebagai ideologi dasar bagi negara Indonesia.
Mufakat yang terjadi di kantor bareskrim menetapkan Ahok sebagai tersangka. Sungguh cara cerdas yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk hal yang positif. Prosedur-prosedur dihidupkan kembali untuk menata kehidupan berbangsa dengan mengembangkan perbuatan yang luhur. Kita patut bersyukur dengan adanya kasus seperti ini karena sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila dapat kita rasakan.


Selasa, 15 November 2016

NYANYIAN di ATAS KARDUS

Hari ini diadakan Festival Teater Pelajar Jakarta Barat XV Tahun 2016. Festival ini diadakan di Auditorium Gelanggang Remaja Jakarta Barat. Para Pelajar menunjukkan aksi peran mereka dalam sebuah sandiwara. Festival ini diikuti oleh beberapa teater pelajar dari sekolah-sekolah di Jakarta dan Tangerang. Salah satunya adalah Teater Sneptu, merupakan teater yang berasal dari SMAN 5 Tangerang.  Sutradara dari teater ini adalah Rama Tanya.
Teater Sneptu pernah menjadi juara 3 Penata Artistik & Peran Pembantu Wanita. Sutradara dari teater sneptu sendiri menjadi nominasi dalam Festival Teater Pelajar Jakarta Utara. Sang sutradara mengawali teater sejak di bangku kuliah. Waktu itu beliau bergabung dengan teater Mahasetya. 

Alur Maju

Pada produksi Nyanyian Diatas kardus, sutradara meceritakan mengenai kehidupan nyata yang terjadi di kelas bawah. Sutradara menceritakan kehidupan pemulung yang hidup miskin dengan tidak memiliki rasa syukur. Kehidupan yang sama persis, jika kita lihat dengan masyrakat yang ditinggal di pinggiran rel kereta.
Sutradara pun ingin bercerita bahwa dalam keadaan ekonomi yang begitu sulit, terdapat sebuah ketulusan dalam mencintai. Kehidupan cinta antara seorang lelaki dengan seorang PSK yang beranak satu. PSK ini pun memutuskan untuk merubah jalan hidupnya dan menerima lelaki tersebut sebagai pasangan hidup.
Konflik yang terjadi pun mengangkat kasus hukum yang terjadi di Indonesia. Sertifikat, ya itulah masalah yang dimunculkan dalam cerita ini. Dimana orang miskin merasa tertindas oleh kaum borjuis yang dapat membeli sertifikat untuk tanah. Keangkuhan dalam cerita ini dipentaskan oleh orang kaya dengan body guardnya.  Tentu hal ini dapat saja terjadi di Indonesia. Tentu saja yang berpegang terhadap hukum akan menang.
 Demonstrasi dalam cerita ini dibuat untuk menambah ketegangan. Sang sutradara pun memberikan kesan mereka dapat dengan mudah terprovokasi dengan aksi yang dilakukan oleh mahasiswa. Jalan cerita ini pun ditutup dengan kesia-kesiaan tanpa mengetahui akar permasalahan. Pemulung dengan pasrah untuk pindah dari tempat yang sudah didiami.



Pesan Moral

Dalam cerita ini kita dapat memetik pesan moral dari sutradara. Sebagai manusia kita seharusnya bersyukur dengan kondisi atau keadaan sekarang ini. Meskipun, tinggal dalam kondisi sulit, sutradara menceritakan masih ada orang yang bersyukur dalam kondisi tersebut.
Hargailah pendidikan yang sudah kita terima, jangan sia-siakan pengetahuan. Orang tua menginginkan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Harapan orang tua pun agar anak dapat berhasil kelak nanti dan menjadi orang baik. Diakhir cerita ini memang kesan yang saya dapatkan terulah berjuang dalam kondisi apapun.

KRITERIA AHOK DI MATA DIN SYAMSUDIN

Bagi tokoh agama di Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din Syamsudin.

Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan. Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin.

Teka-teki Tersembunyi

Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia. Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik. Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun, bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki yang tersembunyi.

Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber. Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok.
Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.






Bagi tokoh agama di Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din Syamsudin. Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan. Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin. Teka-teki Tersembunyi Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia. Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik. Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun, bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki yang tersembunyi. Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber. Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok. Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Bagi tokoh agama di Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din Syamsudin. Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan. Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin. Teka-teki Tersembunyi Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia. Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik. Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun, bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki yang tersembunyi. Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber. Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok. Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Bagi tokoh agama di Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din Syamsudin. Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan. Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin. Teka-teki Tersembunyi Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia. Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik. Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun, bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki yang tersembunyi. Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber. Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok. Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274

Sabtu, 12 November 2016

20 TAHUN MUSIK HIP-HOP INDONESIA




Musik rap Indonesia yang saya ketahui dahulu adalah berawal dari Iwa K atau Iwa Kesuma. Musik dengan kata-kata yang cepat dan berirama hip-hop. Masih ingat dengan lagu bebas? Ya itulah salah satu musik yang mengangkat rapper Iwa K yang trend di tahun 90an. 
Kalau boleh dibilang suara Iwa K pada lagu bebas  terdengar mirip seperti suara  Shaggy penyanyi yang terkenal dengan lagu Boombastik. Bagi Iwa K sendiri sudah 30 tahun bermusik di dunia hip-hop. Bahkan Iwa K berani untuk kolaborasi Young Lex dengan irama music sunda. 
Young lex sendiri adalah rapper berdarah batak. Pemuda berdarah batak ini sukses dengan lagu Bad di youtube dengan 13 juta tayang. Bahkan lagu lainnya pun berhasil tayang diatas satu juta penonton. Musik hip-ho memang belum punah selama ada kreasi dari mereka dan penyuka musik hip-hop.infonya

ALA WEST COST VS EAST COST

Di media elektronik dan Youtube sedang ramai-ramainya rapper Indonesia mencela Young Lex. Sebut saja 8 ball yang membuat Diss. Lirik yang dibuat memang untuk mencela Young Lex yang sedang naik daun. 
Entah benar atau tidak video milik 8ball yang menyinggung young lex memang dapat membuat perseteruan ini berlanjut. seperti yang terjadi di Amerika pada tahun 90an. Musik hip-hop Amerika hidup karena memang perseteruan antar rapper yang kemudian terbawa dalam lagu mereka.

Menghindar Keramain Kota,Dusun Bambu Bandung Aja

Bandung memang terkenal sebagai tujuan wisata yang menjadi pilihan pelancong di akhir pekan. Kita bisa wisata kuliner, wisata agro, wisata p...