Ahok itu Peluru
Vonis yang dijatuhkan Hakim kepada Ahok mendapatkan respon pro dan kontra di masyarakat, khususnya netizen atau masyarakat internet. Masyarakat yang pro atas vonis tersebut merasa senang dan bahagia atas vonis tersebut karena agama mereka dinistakan, sedangkan masyarakat yang kontra dengan vonis tersebut berpendapat hakim tidak adil dalam membuat keputusan.
Pandangan masyarakat mengenai video di kepulauan seribu menimbulkan pro dan kontra akan keputusan penistaan. Netizen ada yang menilai Ahok menistakan, bahkan ada netizen yang berpandangan berbeda dengan netizen lain. Hal membuat kubu pro dan kontra akan kasus ini.
Bahkan dosen UI Ade Armando pun tidak luput mejadi pendukung Ahok, meskipun beliau beragama muslim. Dalam akun Ade pun terdapat komentar dari netizen yang pro terhadap vonis hakim,bahkan dosen komunikasi massa ini mendapat cemooh dari beberapa netizen.
Pada pemberitaan media televisi kasus Ahok ini mendapat sorotan dari PBB. Sebuah fenomena baru yang dapat mendorong perubahan akan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Fenomena lain adalah pendukung Ahok yang setia berjuang agar Ahok dapat dibebaskan dan mencari keadilan. Dengan sosok yang tegas dan galak, membuat netizen maupun masyarakat sosial mengingat nama Ahok karena andalah peluru itu bagi netizen dan Indonesia.
Selama berjuang kawan tegas Ahok
Tampilkan postingan dengan label AHOK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AHOK. Tampilkan semua postingan
Kamis, 11 Mei 2017
Rabu, 16 November 2016
TERSANGKANYA AHOK
Tersangkanya Ahok atas dugaan penistaan agama
merupakan sebuah langkah awal dari gebrakan yang dilakukan pemerintahan Jokowi
- JK untuk produk hukum. Produk hukum dari Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI berupa UU ITE. Undang- undang inilah yang dapat membuat Ahok
menjadi tersangka. Dalam pasal 28 ayat 2 UU ITE berbunyi setiap orang dengan
sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan
rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku,agama,ras dan antar golongan (SARA). Pasal ini termasuk
kedalam BAB VII tentang PERBUATAN YANG DILARANG.
Hal ini menjadi lucu
untuk disimak, Ahok yang sudah pernah ke Bareskrim untuk klarifikasi kejadian
dan meminta maaf didepan publik melalui media televisi dipaksa untuk memenuhi
umpan balik dari sebagian masyarakat.
Presiden sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi menyerahkan semua kepada pihak yang berwenang
melalui proses hukum. Sepertinya reformasi biro hukum yang di berbagai
institusi mulai diterapkan oleh berbagai
pihak. Kepolisian salah satu institusi yang menangani penyelidikan dan
penyidikan untuk kasus Ahok akan bersikap terbuka. Para narasumber di TV pun
setuju Hukum sebagai acuan.
GAGALNYA KOMUNIKASI
MASSA
Media Elektornik dan media
cetak sebagai media informasi bagi masyarakat dapat juga dijadikan untuk sumber
data atau dapat juga digunakan untuk penyimpanan data dan fakta (Winardono).
Apa yang dilakukan oleh penyelidik dan penyidik bareskrim itulah yang menjadi
pegangan untuk menaikkan status Ahok menjadi tersangka.
Melihat situasi yang
telah terjadi, maka dapat dikatakan adanya kegagalan dalam komunikasi massa
bagi sebagian masyarakat. Perubahan sikap bagi sebagian masyarakat terjadi,
begitupula pola pikir atau pandangan komunikan. Terdapat masyarakat yang
mengampuni, tetapi terdapat pula masyarakat yang mengecam.
Bagi saya pribadi, apa
yang terjadi pada video Ahok di kepulauan seribu adalah dapat dijadikan bahan diskusi
sesuai dengan fungsi dari komunikasi massa itu sendiri menurut Winardono. Diskusi
disini dimaksud adalah untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat
mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak. Sehingga didapatkan kesamaan
makna apakah terdapat penistaan atau tidak dalam video tersebut. Namun, keputusan
sudah menjadi tersangka, saya harus menghormati keputusan tersebut.
Demokrasi Pancasila
Sikap Presiden pun
patut diacungi jempol. Beliau tidak melarang aksi demonstrasi yang terjadi
beberapa hari yang lalu. Bahkan, Ahok pun tidak dibela oleh tandemnya sewaktu
menjadi Gubernur DKI dulu. Apa yang dipertunjukkan saat ini memang untuk
kepentingan orang banyak, artinya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
dengan tetap memegang Pancasila sebagai ideologi dasar bagi negara Indonesia.
Mufakat yang terjadi
di kantor bareskrim menetapkan Ahok sebagai tersangka. Sungguh cara cerdas yang
dilakukan oleh berbagai pihak untuk hal yang positif. Prosedur-prosedur
dihidupkan kembali untuk menata kehidupan berbangsa dengan mengembangkan
perbuatan yang luhur. Kita patut bersyukur dengan adanya kasus seperti ini
karena sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila dapat kita rasakan.
Selasa, 15 November 2016
KRITERIA AHOK DI MATA DIN SYAMSUDIN
Bagi tokoh agama di Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam
kriteria bagi Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada
situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan korupsi untuk
kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia.
Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil dalam membangun Jakarta, namun hal
ini tidak sesuai dengan Kriteria Din Syamsudin.
Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan. Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin.
Teka-teki Tersembunyi
Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia. Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik. Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun, bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki yang tersembunyi.
Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber. Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok.
Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.
Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan. Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin.
Teka-teki Tersembunyi
Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia. Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik. Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun, bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki yang tersembunyi.
Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber. Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok.
Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.
Bagi tokoh agama di
Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi
Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada
situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan
korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan
Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil
dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din
Syamsudin.
Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat
ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau
mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan.
Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok
sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi
Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah
menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut
saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang
bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria
sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin.
Teka-teki Tersembunyi
Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia.
Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati
antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem
maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang
dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini
seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik.
Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun,
bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki
yang tersembunyi.
Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin
mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun
menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber.
Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di
mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat
banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok.
Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu
dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon
pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat
yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Bagi tokoh agama di
Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi
Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada
situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan
korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan
Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil
dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din
Syamsudin.
Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat
ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau
mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan.
Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok
sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi
Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah
menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut
saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang
bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria
sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin.
Teka-teki Tersembunyi
Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia.
Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati
antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem
maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang
dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini
seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik.
Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun,
bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki
yang tersembunyi.
Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin
mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun
menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber.
Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di
mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat
banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok.
Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu
dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon
pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat
yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Bagi tokoh agama di
Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi
Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada
situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan
korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan
Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil
dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din
Syamsudin.
Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat
ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau
mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan.
Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok
sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi
Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah
menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut
saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang
bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria
sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin.
Teka-teki Tersembunyi
Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia.
Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati
antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem
maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang
dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini
seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik.
Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun,
bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki
yang tersembunyi.
Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin
mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun
menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber.
Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di
mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat
banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok.
Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu
dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon
pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat
yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Sabtu, 05 November 2016
BELAJAR IQ DAN SQ DARI AHOK
Sebuah kalimat dapat menyulut api peperangan, jangankan dalam
keluarga, satu negara pun dapat terjadi kerusuhan yang diakibatkan oleh
salah penalaran atau salah tafsir. Pernyataan Ahok yang disalah tafsir
oleh beberapa orang menjadi masalah besar bagi Indonesia. Masyarakat
yang berdemonstrasi hanya mengetahui beliau adalah sebagai penista
agama. Akibat yang ditimbulkan adalah demonstrasi besar-besaran di
Jakarta untuk membawa masalah tersebut ke ranah hukum. Buni Yani sebagai
seorang yang mengakui melakukan kesalahan pun meminta pendukung ahok
untuk mendinginkan suasana.
IQ diperlukan untuk manusia untuk berbahasa, berhitung,menganalisis dan bernalar. Pentingnya IQ bagi manusia agar setiap manusia dapat mencerna dari setiap kegiatannya. Dominasi IQ diperlukan untuk kesuksesan manusia. Berbagai pro dan kontra memang terjadi dari kalimat yang ucapkan oleh Ahok. Kalangan MUI berpendapat bahwa Ahok telah melakukan penistaan agama. Pendapat ini sah-sah saja karena diatur dalam UUD 1945 tentang kebebasan berpendapat, Namun Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar sendiri pun menilai bahwa Ahok tidak melakukan penistaan.
Penalaran setiap manusia memang berbeda-beda. Perbedaan itu dapat terjadi dari bagaimana individu memaknainya. Kesalahan dalam kalimat dapat membuat lawan bicara salah kaprah dalam sehingga tidak mencapai makna yang sama. Saya sendiripun terkadang tidak baik dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
KECERDASAN EMOSI
Indonesia sebagai negara yang memiliki ragam budaya, agama, dan aliran kepercayaan dapat mempertahankan kesatuan dengan adanya toleransi. Kita sebagai warga negara pun sepatutnya turut menciptakan kesatuan tersebut. Dari tindakan yang dilakukan oleh Ahok adalah beliau melakukan empati terhadap masyarakat di kepulauan seribu. Namun, sayangnya tindakan ini ditanggapi berbeda dari kalangan MUI. Ahok memang tidak berhak untuk memasuki wilayah theologi islam, namun sebagai manusia dia memiliki empati untuk menolong sesama dari segi intelligency.
Demonstrasi yang berujung rusuh tersebut menandakan bahwa massa tidak dapat mengendalikan emosi. Sikap mengendalikan amarah lebih baik ditunjukkan oleh demonstran yang ingin memperjuangkan pendapatnya. Jangan sampai menyia-nyiakan empati yang diberikan oleh pemerintah. Toh, negara kita adalah negara hukum.
Dari peristiwa yang terjadi kita dapat melihat Ahok sudah memenangkan dari segi pegetahuan. Masyarakat diajak untuk berpikir baik dan benar. Demi keamanan negara Ahok telah meminta maaf kepada masyarakat yang tersinggung dan tidak bermaksud untuk melecehkan agama islam.
Kecerdasan emosi dan antisipasi yang ditunjukkan oleh Ahok dapat kita pelajari dari peristiwa ini.Dengan antisipasi dan sikap tegas, Ahok menyatakan tidak bermaksud untuk melakukan penistaan agama. Masyarakat sendirilah yang akhirnya didikte oleh mereka yang sudah mencapai kecerdasan IQ,EQ,SQ, dan AQ.
Selamat long learning....salam dari warga Banten
IQ diperlukan untuk manusia untuk berbahasa, berhitung,menganalisis dan bernalar. Pentingnya IQ bagi manusia agar setiap manusia dapat mencerna dari setiap kegiatannya. Dominasi IQ diperlukan untuk kesuksesan manusia. Berbagai pro dan kontra memang terjadi dari kalimat yang ucapkan oleh Ahok. Kalangan MUI berpendapat bahwa Ahok telah melakukan penistaan agama. Pendapat ini sah-sah saja karena diatur dalam UUD 1945 tentang kebebasan berpendapat, Namun Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar sendiri pun menilai bahwa Ahok tidak melakukan penistaan.
Penalaran setiap manusia memang berbeda-beda. Perbedaan itu dapat terjadi dari bagaimana individu memaknainya. Kesalahan dalam kalimat dapat membuat lawan bicara salah kaprah dalam sehingga tidak mencapai makna yang sama. Saya sendiripun terkadang tidak baik dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
KECERDASAN EMOSI
Indonesia sebagai negara yang memiliki ragam budaya, agama, dan aliran kepercayaan dapat mempertahankan kesatuan dengan adanya toleransi. Kita sebagai warga negara pun sepatutnya turut menciptakan kesatuan tersebut. Dari tindakan yang dilakukan oleh Ahok adalah beliau melakukan empati terhadap masyarakat di kepulauan seribu. Namun, sayangnya tindakan ini ditanggapi berbeda dari kalangan MUI. Ahok memang tidak berhak untuk memasuki wilayah theologi islam, namun sebagai manusia dia memiliki empati untuk menolong sesama dari segi intelligency.
Demonstrasi yang berujung rusuh tersebut menandakan bahwa massa tidak dapat mengendalikan emosi. Sikap mengendalikan amarah lebih baik ditunjukkan oleh demonstran yang ingin memperjuangkan pendapatnya. Jangan sampai menyia-nyiakan empati yang diberikan oleh pemerintah. Toh, negara kita adalah negara hukum.
Dari peristiwa yang terjadi kita dapat melihat Ahok sudah memenangkan dari segi pegetahuan. Masyarakat diajak untuk berpikir baik dan benar. Demi keamanan negara Ahok telah meminta maaf kepada masyarakat yang tersinggung dan tidak bermaksud untuk melecehkan agama islam.
Kecerdasan emosi dan antisipasi yang ditunjukkan oleh Ahok dapat kita pelajari dari peristiwa ini.Dengan antisipasi dan sikap tegas, Ahok menyatakan tidak bermaksud untuk melakukan penistaan agama. Masyarakat sendirilah yang akhirnya didikte oleh mereka yang sudah mencapai kecerdasan IQ,EQ,SQ, dan AQ.
Selamat long learning....salam dari warga Banten
Senin, 31 Oktober 2016
POSITIF UNTUK 4 NOVEMBER 2016
Reformasi melahirkan sebuah kebebasan untuk berpikir dan berpendapat dan
dapat dilakukan di tempat umum atau melalui media. Salah satu bentuk dari hasil
reformasi adalah demonstrasi. Aksi yang dilakukan untuk mengeluarkan
pendapatnya di muka umum akan pertentangan atau isu yang sedang terjadi. Namun,
demonstrasi terkadang menjadi sebuah kecaman yang menakutkan dan meresahkan
masyarakat luas karena pola pikir negatif.
Pola pikir adalah pandangan manusia untuk menganalisa setiap informasi yang masuk.
Pola pikir dapat membuat manusia menilai setiap tindakan atau aksi yang
terjadi. Di Indonesia reformasi terjadi setelah era orde baru berganti.
Demonstrasi dapat dilakukan di tempat umum asal tidak mengganggu kepentingan
umum. Pers pun mendapat angin segar dengan kebebasan pers sejak tahun 1999
melalui Undang-Undang Nomor 40 pasal 4 ayat 1 -4. Namun, kebebasan itu tentu
ada kode etik dalam penyiarannya. Dengan reformasi inilah setiap orang dapat
menyuarakan pendapatnya dan bertanggung jawab atas pemberitaannya didepan
hukum.
Pola Pikir Positif
Berita yang marak hari ini adalah siaga satu yang akan dilakukan oleh Brimob
pada tanggal 4 November 2016 yang dilakukan oleh FPI. Demo yang dilakukan ormas
FPI bermaksud untuk mengusut ahok secara hukum atas penistaan agama. Ahok pun
sudah meminta maaf dan melapor kepada bareskrim untuk klarifikasi.Memang jika
dilihat dari kode etik jurnalistik, ahok dapat dimenangkan menurut kaca mata
saya karena dalam pasal 10 wartawanlah yang bertanggung jawab untuk mencabut,
meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan
permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. Dalam kasus
seperti ini Ahok memang sebagai penanggung jawab karena jabatannya saat itu
adalah sebagai penanggung jawab dari unggahan video yang tersebar. Namun,
disini kita sebagai masyarakat lebih baik untuk berpikir positif demi Persatuan
Indonesia. FPI pun memiliki hak untuk melakukan aksinya untuk
pertanggungjawaban kalimat Ahok. Makna yang dapat diambil oleh penulis dari
kasus ini adalah ahok ingin belajar dari masyarakat dan seniornya yang sudah
lama menjadi pemimpin dalam organisasi baik swasta maupun pemerintahan. Kesan
saya terhadap Habib Rizieq pun adalah sebagai orang berani meminta maaf. Hal ini
saya ungkapkan karena pada tayangan video di youtube beliauberani meminta maaf
atas pembakaran gereja-gereja yang terjadi di Indonesia.
Andrias Harefa
setiap orang bukan hanya bisa learn, tetapi juga mampu un-learn dan
kemudian re-learn.
Langganan:
Postingan (Atom)
Menghindar Keramain Kota,Dusun Bambu Bandung Aja
Bandung memang terkenal sebagai tujuan wisata yang menjadi pilihan pelancong di akhir pekan. Kita bisa wisata kuliner, wisata agro, wisata p...
-
Sekarang ini modus penipuan saya katakan semakin mahir dan berani. Mereka mengatur sedemikian baiknya, dari cara pengetikan hingga template...
-
Hati - hati apabila pernah menerima email untuk pekerjaan seperti dibawah ini : Saat ini situs pencari kerja menjadi tanda ...
-
Sebagai landmark dari Jakarta, Monas menjadi perhatian pengunjung lokal ataupun luar daerah. Ada pula pengunjung dari luar negeri yang men...