Jumat, 18 November 2016
Rabu, 16 November 2016
TERSANGKANYA AHOK
Tersangkanya Ahok atas dugaan penistaan agama
merupakan sebuah langkah awal dari gebrakan yang dilakukan pemerintahan Jokowi
- JK untuk produk hukum. Produk hukum dari Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI berupa UU ITE. Undang- undang inilah yang dapat membuat Ahok
menjadi tersangka. Dalam pasal 28 ayat 2 UU ITE berbunyi setiap orang dengan
sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan
rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku,agama,ras dan antar golongan (SARA). Pasal ini termasuk
kedalam BAB VII tentang PERBUATAN YANG DILARANG.
Hal ini menjadi lucu
untuk disimak, Ahok yang sudah pernah ke Bareskrim untuk klarifikasi kejadian
dan meminta maaf didepan publik melalui media televisi dipaksa untuk memenuhi
umpan balik dari sebagian masyarakat.
Presiden sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi menyerahkan semua kepada pihak yang berwenang
melalui proses hukum. Sepertinya reformasi biro hukum yang di berbagai
institusi mulai diterapkan oleh berbagai
pihak. Kepolisian salah satu institusi yang menangani penyelidikan dan
penyidikan untuk kasus Ahok akan bersikap terbuka. Para narasumber di TV pun
setuju Hukum sebagai acuan.
GAGALNYA KOMUNIKASI
MASSA
Media Elektornik dan media
cetak sebagai media informasi bagi masyarakat dapat juga dijadikan untuk sumber
data atau dapat juga digunakan untuk penyimpanan data dan fakta (Winardono).
Apa yang dilakukan oleh penyelidik dan penyidik bareskrim itulah yang menjadi
pegangan untuk menaikkan status Ahok menjadi tersangka.
Melihat situasi yang
telah terjadi, maka dapat dikatakan adanya kegagalan dalam komunikasi massa
bagi sebagian masyarakat. Perubahan sikap bagi sebagian masyarakat terjadi,
begitupula pola pikir atau pandangan komunikan. Terdapat masyarakat yang
mengampuni, tetapi terdapat pula masyarakat yang mengecam.
Bagi saya pribadi, apa
yang terjadi pada video Ahok di kepulauan seribu adalah dapat dijadikan bahan diskusi
sesuai dengan fungsi dari komunikasi massa itu sendiri menurut Winardono. Diskusi
disini dimaksud adalah untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat
mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak. Sehingga didapatkan kesamaan
makna apakah terdapat penistaan atau tidak dalam video tersebut. Namun, keputusan
sudah menjadi tersangka, saya harus menghormati keputusan tersebut.
Demokrasi Pancasila
Sikap Presiden pun
patut diacungi jempol. Beliau tidak melarang aksi demonstrasi yang terjadi
beberapa hari yang lalu. Bahkan, Ahok pun tidak dibela oleh tandemnya sewaktu
menjadi Gubernur DKI dulu. Apa yang dipertunjukkan saat ini memang untuk
kepentingan orang banyak, artinya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
dengan tetap memegang Pancasila sebagai ideologi dasar bagi negara Indonesia.
Mufakat yang terjadi
di kantor bareskrim menetapkan Ahok sebagai tersangka. Sungguh cara cerdas yang
dilakukan oleh berbagai pihak untuk hal yang positif. Prosedur-prosedur
dihidupkan kembali untuk menata kehidupan berbangsa dengan mengembangkan
perbuatan yang luhur. Kita patut bersyukur dengan adanya kasus seperti ini
karena sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila dapat kita rasakan.
Selasa, 15 November 2016
NYANYIAN di ATAS KARDUS
Hari ini diadakan
Festival Teater Pelajar Jakarta Barat XV Tahun 2016. Festival ini diadakan di
Auditorium Gelanggang Remaja Jakarta Barat. Para Pelajar menunjukkan aksi peran
mereka dalam sebuah sandiwara. Festival ini diikuti oleh beberapa teater pelajar
dari sekolah-sekolah di Jakarta dan Tangerang. Salah satunya adalah Teater
Sneptu, merupakan teater yang berasal dari SMAN 5 Tangerang. Sutradara dari teater ini adalah Rama Tanya.
Teater Sneptu pernah
menjadi juara 3 Penata Artistik & Peran Pembantu Wanita. Sutradara dari
teater sneptu sendiri menjadi nominasi dalam Festival Teater Pelajar Jakarta
Utara. Sang sutradara mengawali teater sejak di bangku kuliah. Waktu itu beliau
bergabung dengan teater Mahasetya.
Alur Maju
Pada produksi Nyanyian
Diatas kardus, sutradara meceritakan mengenai kehidupan nyata yang terjadi di
kelas bawah. Sutradara menceritakan kehidupan pemulung yang hidup miskin dengan
tidak memiliki rasa syukur. Kehidupan yang sama persis, jika kita lihat dengan
masyrakat yang ditinggal di pinggiran rel kereta.
Sutradara pun ingin
bercerita bahwa dalam keadaan ekonomi yang begitu sulit, terdapat sebuah
ketulusan dalam mencintai. Kehidupan cinta antara seorang lelaki dengan seorang
PSK yang beranak satu. PSK ini pun memutuskan untuk merubah jalan hidupnya dan
menerima lelaki tersebut sebagai pasangan hidup.
Konflik yang terjadi
pun mengangkat kasus hukum yang terjadi di Indonesia. Sertifikat, ya itulah
masalah yang dimunculkan dalam cerita ini. Dimana orang miskin merasa tertindas
oleh kaum borjuis yang dapat membeli sertifikat untuk tanah. Keangkuhan dalam
cerita ini dipentaskan oleh orang kaya dengan body guardnya. Tentu hal ini
dapat saja terjadi di Indonesia. Tentu saja yang berpegang terhadap hukum akan
menang.
Demonstrasi dalam cerita ini dibuat untuk
menambah ketegangan. Sang sutradara pun memberikan kesan mereka dapat dengan
mudah terprovokasi dengan aksi yang dilakukan oleh mahasiswa. Jalan cerita ini
pun ditutup dengan kesia-kesiaan tanpa mengetahui akar permasalahan. Pemulung dengan
pasrah untuk pindah dari tempat yang sudah didiami.
Pesan Moral
Dalam cerita ini kita
dapat memetik pesan moral dari sutradara. Sebagai manusia kita seharusnya
bersyukur dengan kondisi atau keadaan sekarang ini. Meskipun, tinggal dalam
kondisi sulit, sutradara menceritakan masih ada orang yang bersyukur dalam
kondisi tersebut.
Hargailah pendidikan
yang sudah kita terima, jangan sia-siakan pengetahuan. Orang tua menginginkan
pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Harapan orang tua pun agar anak dapat berhasil
kelak nanti dan menjadi orang baik. Diakhir cerita ini memang kesan yang saya
dapatkan terulah berjuang dalam kondisi apapun.
KRITERIA AHOK DI MATA DIN SYAMSUDIN
Bagi tokoh agama di Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam
kriteria bagi Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada
situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan korupsi untuk
kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia.
Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil dalam membangun Jakarta, namun hal
ini tidak sesuai dengan Kriteria Din Syamsudin.
Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan. Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin.
Teka-teki Tersembunyi
Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia. Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik. Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun, bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki yang tersembunyi.
Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber. Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok.
Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.
Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan. Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin.
Teka-teki Tersembunyi
Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia. Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik. Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun, bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki yang tersembunyi.
Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber. Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok.
Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.
Bagi tokoh agama di
Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi
Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada
situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan
korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan
Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil
dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din
Syamsudin.
Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat
ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau
mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan.
Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok
sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi
Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah
menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut
saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang
bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria
sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin.
Teka-teki Tersembunyi
Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia.
Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati
antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem
maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang
dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini
seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik.
Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun,
bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki
yang tersembunyi.
Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin
mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun
menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber.
Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di
mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat
banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok.
Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu
dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon
pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat
yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Bagi tokoh agama di
Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi
Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada
situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan
korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan
Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil
dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din
Syamsudin.
Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat
ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau
mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan.
Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok
sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi
Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah
menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut
saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang
bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria
sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin.
Teka-teki Tersembunyi
Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia.
Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati
antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem
maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang
dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini
seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik.
Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun,
bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki
yang tersembunyi.
Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin
mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun
menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber.
Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di
mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat
banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok.
Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu
dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon
pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat
yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Bagi tokoh agama di
Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi
Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada
situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan
korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan
Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil
dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din
Syamsudin.
Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat
ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau
mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan.
Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok
sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi
Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah
menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut
saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang
bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria
sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin.
Teka-teki Tersembunyi
Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia.
Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati
antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem
maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang
dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini
seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik.
Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun,
bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki
yang tersembunyi.
Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin
mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun
menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber.
Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di
mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat
banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok.
Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu
dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon
pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat
yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Sabtu, 12 November 2016
20 TAHUN MUSIK HIP-HOP INDONESIA
Musik rap Indonesia
yang saya ketahui dahulu adalah berawal dari Iwa K atau Iwa Kesuma. Musik
dengan kata-kata yang cepat dan berirama hip-hop. Masih ingat dengan lagu
bebas? Ya itulah salah satu musik yang mengangkat rapper Iwa K yang trend di
tahun 90an.
Kalau boleh dibilang
suara Iwa K pada lagu bebas terdengar
mirip seperti suara Shaggy penyanyi yang
terkenal dengan lagu Boombastik. Bagi Iwa K sendiri sudah 30 tahun bermusik di
dunia hip-hop. Bahkan Iwa K berani untuk kolaborasi Young Lex dengan irama
music sunda.
Young lex sendiri
adalah rapper berdarah batak. Pemuda berdarah batak ini sukses dengan lagu Bad
di youtube dengan 13 juta tayang. Bahkan lagu lainnya pun berhasil tayang
diatas satu juta penonton. Musik hip-ho memang belum punah selama ada kreasi
dari mereka dan penyuka musik hip-hop.infonya
ALA WEST COST VS EAST
COST
Di media elektronik
dan Youtube sedang ramai-ramainya rapper Indonesia mencela Young Lex. Sebut
saja 8 ball yang membuat Diss. Lirik
yang dibuat memang untuk mencela Young Lex yang sedang naik daun.
Entah benar atau tidak
video milik 8ball yang menyinggung young lex memang dapat membuat perseteruan ini
berlanjut. seperti yang terjadi di Amerika pada tahun 90an. Musik hip-hop
Amerika hidup karena memang perseteruan antar rapper yang kemudian terbawa
dalam lagu mereka.
Langganan:
Postingan (Atom)
Menghindar Keramain Kota,Dusun Bambu Bandung Aja
Bandung memang terkenal sebagai tujuan wisata yang menjadi pilihan pelancong di akhir pekan. Kita bisa wisata kuliner, wisata agro, wisata p...
-
Sekarang ini modus penipuan saya katakan semakin mahir dan berani. Mereka mengatur sedemikian baiknya, dari cara pengetikan hingga template...
-
Hati - hati apabila pernah menerima email untuk pekerjaan seperti dibawah ini : Saat ini situs pencari kerja menjadi tanda ...
-
Sebagai landmark dari Jakarta, Monas menjadi perhatian pengunjung lokal ataupun luar daerah. Ada pula pengunjung dari luar negeri yang men...