Kartini diketahui menguasai bahasa Belanda yang ia dapatkan
selama pendidikan di ELS. Berhenti dari sekolah tidak membuat keinginan
belajarnya terhenti. Kartini pun mulai mengirimkan surat kepada teman-teman
korespendensinya yang berasal dari Belanda. Kartini mulai membaca
buku-buku,koran, dan majalah Eropa hingga tertarik pada kemajuan berpikir
perempuan Eropa. Ia pun berkeinginan untuk memajukan perempuan pribumi.
Dalam surat-suratnya kartini menuangkan pemikiran dan
gagasannya. Salah satu gagasan yang dituangkan adalah emansipasi atau persamaan
derajat wanita pribumi. Surat-surat yang Kartini tulis banyak memuat
keluhan-keluhan mengenai kondisi wanita pribumi pada saat itu. Ia menggambarkan
penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk
di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak
dikenal, dan harus bersedia dimadu.
Kartini menikah dengan bupati Rembang,
K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada tanggal 12 November 1903.
Suaminya mengerti keinginan Kartini dan mendukungnya untuk mendirikan sekolah
wanita. Kartini Wafat pada tanggal 17 September 1904 dan memiliki seorang anak
yang bernama Soesalit Djojohadhiningrat