Selasa, 15 November 2016

NYANYIAN di ATAS KARDUS

Hari ini diadakan Festival Teater Pelajar Jakarta Barat XV Tahun 2016. Festival ini diadakan di Auditorium Gelanggang Remaja Jakarta Barat. Para Pelajar menunjukkan aksi peran mereka dalam sebuah sandiwara. Festival ini diikuti oleh beberapa teater pelajar dari sekolah-sekolah di Jakarta dan Tangerang. Salah satunya adalah Teater Sneptu, merupakan teater yang berasal dari SMAN 5 Tangerang.  Sutradara dari teater ini adalah Rama Tanya.
Teater Sneptu pernah menjadi juara 3 Penata Artistik & Peran Pembantu Wanita. Sutradara dari teater sneptu sendiri menjadi nominasi dalam Festival Teater Pelajar Jakarta Utara. Sang sutradara mengawali teater sejak di bangku kuliah. Waktu itu beliau bergabung dengan teater Mahasetya. 

Alur Maju

Pada produksi Nyanyian Diatas kardus, sutradara meceritakan mengenai kehidupan nyata yang terjadi di kelas bawah. Sutradara menceritakan kehidupan pemulung yang hidup miskin dengan tidak memiliki rasa syukur. Kehidupan yang sama persis, jika kita lihat dengan masyrakat yang ditinggal di pinggiran rel kereta.
Sutradara pun ingin bercerita bahwa dalam keadaan ekonomi yang begitu sulit, terdapat sebuah ketulusan dalam mencintai. Kehidupan cinta antara seorang lelaki dengan seorang PSK yang beranak satu. PSK ini pun memutuskan untuk merubah jalan hidupnya dan menerima lelaki tersebut sebagai pasangan hidup.
Konflik yang terjadi pun mengangkat kasus hukum yang terjadi di Indonesia. Sertifikat, ya itulah masalah yang dimunculkan dalam cerita ini. Dimana orang miskin merasa tertindas oleh kaum borjuis yang dapat membeli sertifikat untuk tanah. Keangkuhan dalam cerita ini dipentaskan oleh orang kaya dengan body guardnya.  Tentu hal ini dapat saja terjadi di Indonesia. Tentu saja yang berpegang terhadap hukum akan menang.
 Demonstrasi dalam cerita ini dibuat untuk menambah ketegangan. Sang sutradara pun memberikan kesan mereka dapat dengan mudah terprovokasi dengan aksi yang dilakukan oleh mahasiswa. Jalan cerita ini pun ditutup dengan kesia-kesiaan tanpa mengetahui akar permasalahan. Pemulung dengan pasrah untuk pindah dari tempat yang sudah didiami.



Pesan Moral

Dalam cerita ini kita dapat memetik pesan moral dari sutradara. Sebagai manusia kita seharusnya bersyukur dengan kondisi atau keadaan sekarang ini. Meskipun, tinggal dalam kondisi sulit, sutradara menceritakan masih ada orang yang bersyukur dalam kondisi tersebut.
Hargailah pendidikan yang sudah kita terima, jangan sia-siakan pengetahuan. Orang tua menginginkan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Harapan orang tua pun agar anak dapat berhasil kelak nanti dan menjadi orang baik. Diakhir cerita ini memang kesan yang saya dapatkan terulah berjuang dalam kondisi apapun.

KRITERIA AHOK DI MATA DIN SYAMSUDIN

Bagi tokoh agama di Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din Syamsudin.

Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan. Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin.

Teka-teki Tersembunyi

Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia. Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik. Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun, bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki yang tersembunyi.

Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber. Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok.
Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.






Bagi tokoh agama di Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din Syamsudin. Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan. Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin. Teka-teki Tersembunyi Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia. Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik. Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun, bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki yang tersembunyi. Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber. Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok. Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Bagi tokoh agama di Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din Syamsudin. Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan. Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin. Teka-teki Tersembunyi Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia. Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik. Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun, bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki yang tersembunyi. Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber. Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok. Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274
Bagi tokoh agama di Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din Syamsudin. Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan. Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin. Teka-teki Tersembunyi Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia. Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik. Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun, bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki yang tersembunyi. Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber. Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok. Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vito7/kriteria-ahok-di-mata-din-syamsudin_58298eb8f37a61690ad92274

Sabtu, 12 November 2016

20 TAHUN MUSIK HIP-HOP INDONESIA




Musik rap Indonesia yang saya ketahui dahulu adalah berawal dari Iwa K atau Iwa Kesuma. Musik dengan kata-kata yang cepat dan berirama hip-hop. Masih ingat dengan lagu bebas? Ya itulah salah satu musik yang mengangkat rapper Iwa K yang trend di tahun 90an. 
Kalau boleh dibilang suara Iwa K pada lagu bebas  terdengar mirip seperti suara  Shaggy penyanyi yang terkenal dengan lagu Boombastik. Bagi Iwa K sendiri sudah 30 tahun bermusik di dunia hip-hop. Bahkan Iwa K berani untuk kolaborasi Young Lex dengan irama music sunda. 
Young lex sendiri adalah rapper berdarah batak. Pemuda berdarah batak ini sukses dengan lagu Bad di youtube dengan 13 juta tayang. Bahkan lagu lainnya pun berhasil tayang diatas satu juta penonton. Musik hip-ho memang belum punah selama ada kreasi dari mereka dan penyuka musik hip-hop.infonya

ALA WEST COST VS EAST COST

Di media elektronik dan Youtube sedang ramai-ramainya rapper Indonesia mencela Young Lex. Sebut saja 8 ball yang membuat Diss. Lirik yang dibuat memang untuk mencela Young Lex yang sedang naik daun. 
Entah benar atau tidak video milik 8ball yang menyinggung young lex memang dapat membuat perseteruan ini berlanjut. seperti yang terjadi di Amerika pada tahun 90an. Musik hip-hop Amerika hidup karena memang perseteruan antar rapper yang kemudian terbawa dalam lagu mereka.

Senin, 07 November 2016

MUSIK MASIH MAMPU MELEPAS MUMET

Selepas acara nangkring bersama Kompasianer (walaupun tidak terdaftar di list) yang diadakan di ICE - BSD, saya berkunjung ke stand panggung hiburan. Ternyata di panggung ini ada pagelaran musik yang dihibur oleh 1000 band sejak dibukanya Pekan Raya Indonesia. Niat ingin segera pulang ternyata tertahan karena hostnya menjanjikan akan menghadirkan band Bunga dan Raisya. 
Dengan pikiran yang sudah berat karena acara nangkring yang diadakan mengambil tema menulis dan ada unsur jurnalistik, maka saya putuskan untuk mendengar band-band yang pentas pada kemarin. Lady on Ukulele yang pertama saya dengar. Wanita ini mampu memainkan ukulele dengan baik sekali. Musik ala-ala Jason mraz terbayang di otak saya. Ternyata musik yang disuguhkan lebih enak dari Jason mraz karena Tidak ketinggalan saya pun mengabadikan foto yang bernama asli Aiyu Asayaka ini.
 LADY ON UKULELE

DUNIA ROCK INDONESIA BELUM MATI


Selepas Lady On Ukelele pentas, host  memperkenalkan band asal Pekabanru. Band tersebut adalah Elektra, yang ternyata memiliki vokalis wanita. Dari penampilan awal band ini terkesan gahar, karena fashion yang digunakan oleh gitaris dan vokalis kental sekali dengan kesan rock. Lagu-lagu yang mereka bawakan pun mampu membuat kaki ini bergoyang. Kesan yang luar biasa untuk vokalis ini adalah You Rock!

 ELEKTRA




Ternyata musik rock yang dipentaskan bukan sampai disini saja, ada duo lady rocker yang ikut meramaikan suasana. Ternyata saat saya mencari di website-website, mereka adalah mantan personil band geger, yaitu Rinada dan Cnythia Divka. Penampilan mereka kurang menggetarkan panggung rock, karena suara vokalis 
 kurang gahar di panggung.
 RINADA



NB: Foto-foto adalah dokumentasi pribadi penulis


KOMPAS GRAMEDIA FESTIVAL 2016



 MAMAN SUHENDAR
 ISKANDAR ZULKARNAEN

 MBA YAYAT (KOMPASIANER OF THE YEAR 2016)

Sabtu, 05 November 2016

BELAJAR IQ DAN SQ DARI AHOK

Sebuah kalimat dapat menyulut api peperangan, jangankan dalam keluarga, satu negara pun dapat terjadi kerusuhan yang diakibatkan oleh salah penalaran atau salah tafsir. Pernyataan Ahok yang disalah tafsir oleh beberapa orang menjadi masalah besar bagi Indonesia. Masyarakat yang berdemonstrasi hanya mengetahui beliau adalah sebagai penista agama. Akibat yang ditimbulkan adalah demonstrasi besar-besaran di Jakarta untuk membawa masalah tersebut ke ranah hukum. Buni Yani sebagai seorang yang mengakui melakukan kesalahan pun meminta pendukung ahok untuk mendinginkan suasana.

IQ diperlukan untuk manusia untuk berbahasa, berhitung,menganalisis dan bernalar. Pentingnya IQ bagi manusia agar setiap manusia dapat mencerna dari setiap kegiatannya. Dominasi IQ diperlukan untuk kesuksesan manusia. Berbagai pro dan kontra memang terjadi dari kalimat yang ucapkan oleh Ahok. Kalangan MUI berpendapat bahwa Ahok telah melakukan penistaan agama. Pendapat ini sah-sah saja karena diatur dalam UUD 1945 tentang kebebasan berpendapat, Namun Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar sendiri pun menilai bahwa Ahok tidak melakukan penistaan.

Penalaran setiap manusia memang berbeda-beda. Perbedaan itu dapat terjadi dari bagaimana individu memaknainya. Kesalahan dalam kalimat dapat membuat lawan bicara salah kaprah dalam sehingga tidak mencapai makna yang sama. Saya sendiripun terkadang tidak baik dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

KECERDASAN EMOSI

Indonesia sebagai negara yang memiliki ragam budaya, agama, dan aliran kepercayaan dapat mempertahankan kesatuan dengan adanya toleransi. Kita sebagai warga negara pun sepatutnya turut menciptakan kesatuan tersebut. Dari tindakan yang dilakukan oleh Ahok adalah beliau melakukan empati terhadap masyarakat di kepulauan seribu. Namun, sayangnya tindakan ini ditanggapi berbeda dari kalangan MUI. Ahok memang tidak berhak untuk memasuki wilayah theologi islam, namun sebagai manusia dia memiliki empati untuk menolong sesama dari segi intelligency.

Demonstrasi yang berujung rusuh tersebut menandakan bahwa massa tidak dapat mengendalikan emosi. Sikap mengendalikan amarah lebih baik ditunjukkan oleh demonstran yang ingin memperjuangkan pendapatnya. Jangan sampai menyia-nyiakan empati yang diberikan oleh pemerintah. Toh, negara kita adalah negara hukum.

Dari peristiwa yang terjadi kita dapat melihat Ahok sudah memenangkan dari segi pegetahuan. Masyarakat diajak untuk berpikir baik dan benar. Demi keamanan negara Ahok telah meminta maaf kepada masyarakat yang tersinggung dan tidak bermaksud untuk melecehkan agama islam.

Kecerdasan emosi dan antisipasi yang ditunjukkan oleh Ahok dapat kita pelajari dari peristiwa ini.Dengan antisipasi dan sikap tegas, Ahok menyatakan tidak bermaksud untuk melakukan penistaan agama. Masyarakat sendirilah yang akhirnya didikte oleh mereka yang sudah mencapai kecerdasan IQ,EQ,SQ, dan AQ.



Selamat long learning....salam dari warga Banten

Menghindar Keramain Kota,Dusun Bambu Bandung Aja

Bandung memang terkenal sebagai tujuan wisata yang menjadi pilihan pelancong di akhir pekan. Kita bisa wisata kuliner, wisata agro, wisata p...