Sabtu, 05 November 2016

BELAJAR IQ DAN SQ DARI AHOK

Sebuah kalimat dapat menyulut api peperangan, jangankan dalam keluarga, satu negara pun dapat terjadi kerusuhan yang diakibatkan oleh salah penalaran atau salah tafsir. Pernyataan Ahok yang disalah tafsir oleh beberapa orang menjadi masalah besar bagi Indonesia. Masyarakat yang berdemonstrasi hanya mengetahui beliau adalah sebagai penista agama. Akibat yang ditimbulkan adalah demonstrasi besar-besaran di Jakarta untuk membawa masalah tersebut ke ranah hukum. Buni Yani sebagai seorang yang mengakui melakukan kesalahan pun meminta pendukung ahok untuk mendinginkan suasana.

IQ diperlukan untuk manusia untuk berbahasa, berhitung,menganalisis dan bernalar. Pentingnya IQ bagi manusia agar setiap manusia dapat mencerna dari setiap kegiatannya. Dominasi IQ diperlukan untuk kesuksesan manusia. Berbagai pro dan kontra memang terjadi dari kalimat yang ucapkan oleh Ahok. Kalangan MUI berpendapat bahwa Ahok telah melakukan penistaan agama. Pendapat ini sah-sah saja karena diatur dalam UUD 1945 tentang kebebasan berpendapat, Namun Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar sendiri pun menilai bahwa Ahok tidak melakukan penistaan.

Penalaran setiap manusia memang berbeda-beda. Perbedaan itu dapat terjadi dari bagaimana individu memaknainya. Kesalahan dalam kalimat dapat membuat lawan bicara salah kaprah dalam sehingga tidak mencapai makna yang sama. Saya sendiripun terkadang tidak baik dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

KECERDASAN EMOSI

Indonesia sebagai negara yang memiliki ragam budaya, agama, dan aliran kepercayaan dapat mempertahankan kesatuan dengan adanya toleransi. Kita sebagai warga negara pun sepatutnya turut menciptakan kesatuan tersebut. Dari tindakan yang dilakukan oleh Ahok adalah beliau melakukan empati terhadap masyarakat di kepulauan seribu. Namun, sayangnya tindakan ini ditanggapi berbeda dari kalangan MUI. Ahok memang tidak berhak untuk memasuki wilayah theologi islam, namun sebagai manusia dia memiliki empati untuk menolong sesama dari segi intelligency.

Demonstrasi yang berujung rusuh tersebut menandakan bahwa massa tidak dapat mengendalikan emosi. Sikap mengendalikan amarah lebih baik ditunjukkan oleh demonstran yang ingin memperjuangkan pendapatnya. Jangan sampai menyia-nyiakan empati yang diberikan oleh pemerintah. Toh, negara kita adalah negara hukum.

Dari peristiwa yang terjadi kita dapat melihat Ahok sudah memenangkan dari segi pegetahuan. Masyarakat diajak untuk berpikir baik dan benar. Demi keamanan negara Ahok telah meminta maaf kepada masyarakat yang tersinggung dan tidak bermaksud untuk melecehkan agama islam.

Kecerdasan emosi dan antisipasi yang ditunjukkan oleh Ahok dapat kita pelajari dari peristiwa ini.Dengan antisipasi dan sikap tegas, Ahok menyatakan tidak bermaksud untuk melakukan penistaan agama. Masyarakat sendirilah yang akhirnya didikte oleh mereka yang sudah mencapai kecerdasan IQ,EQ,SQ, dan AQ.



Selamat long learning....salam dari warga Banten

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menghindar Keramain Kota,Dusun Bambu Bandung Aja

Bandung memang terkenal sebagai tujuan wisata yang menjadi pilihan pelancong di akhir pekan. Kita bisa wisata kuliner, wisata agro, wisata p...